18 Mei 2009

Ini Adalah Dunia Nyata

Puisi ini masuk dalam 30 Puisi Pilihan KSI Semarang, 2008
Oleh Eko Hartono


anak jalanan dengan wajah masai, baju compang-camping, tubuh kurus kering, perut papan, membaca baliho selebar dua kali sepuluh meter di pinggir jalan yang cukup untuk membikin sepuluh baju
wajah bapak-bapak, berpeci, tersenyum malaikat, berdasi, stelan jas Armani, mengumbar simpati, menampakkan gaya khas mirip aktor film masa kini
di bawahnya tertulis janji-janji, pilih nomer satu agar rakyat tidak kelaparan, agar pendidikan terjangkau warga miskin, agar banyak lahan kerja diciptakan, agar rumah-rumah murah dihamparkan, tapi anak jalanan tak mengerti maksudnya…


yang terbayang dalam benak kecilnya adalah surga
tak bisa dijangkau dengan tangan, tapi dengan angan-angan
sementara dia bergelut dengan kenyataan, yang tak pernah terbayangkan
dalam benak siapa pun yang sehari-hari tinggal dalam rumah,
bersekolah, berpakaian, perut kenyang, tak pernah kekurangan


ini adalah dunia nyata
dimana dia bisa merasakan sentuhan tangan dewi rembulan di malam hari, menina bobo tidurnya di emperan toko
dia tidak bisa makan bila kedua tangannya hanya bertopang dagu, kedua kakinya menekuk siku, berdiam merajut ragu, apalagi berselimut malu
sejak matahari beranjak dari peraduan, dia sudah berlari mengejar kepingan, diantara deru kendaraan, bau anyir kota, dan umpat serapah orang-orang
di ujung jalan sudah menunggu tukang palak, yang tak pernah lupa menagih setoran dengan muka masam
tengah hari baru dia bisa merasakan nikmatnya sisa makanan yang dibuang orang di tong sampah dekat restoran, berbagi dengan kucing kudapan tak bertuan


ini bukanlah drama
dimana manusia bisa merasakan pahit getirnya, manis indahnya, suka bahagia, atau duka lara, karena baginya itu sama saja
dia tak tahu apa artinya senang, apa artinya bahagia, apa artinya duka, sebab semuanya berbalut baju sama silih berganti menghiasi hari-harinya
jalan yang ditapakinya adalah jalan sama yang berulang-ulang dilaluinya tanpa tahu ke mana arah tujuannya
bahkan dia tak tahu dari mana berasal, karena semuanya samar-samar, tak ada yang memberitahu siapa orang tuanya, kenapa mereka menghadirkannya ke dunia
dia manusia yang tak punya pilihan, dunia yang telah memilihnya


ini bukan mimpi
dimana orang bisa merajut indahnya dunia dengan harapan dan keinginan, sebab harapan dan keinginan itu bukan lagi bagian dari mimpinya
ketika semua orang merdeka dengan mimpi-mimpinya, dia terbelenggu oleh nasib yang tak jelas ke mana akan membawanya
setiap detik, setiap waktu yang berjalan, menyeretnya dari kubangan ke kubangan, dari lembah ke lembah, kehinaan yang tak berujung
ini adalah dunia nyata
anak jalanan menyusuri trotoar dengan kaki telanjang, tatapan mata tanpa harapan, tubuh tanpa perlindungan, jiwa rawan, hidup tersembunyi di balik mimpi buruk setiap orang
ini adalah dunia nyata
anak jalanan yang berseliweran di tengah jalan, cermin retak masyarakat yang hidup dengan mimpi, tak mau melihat kenyataan dengan wajah sebenarnya


Tirtomoyo, 1 Agustus 2008

Tidak ada komentar: