04 Mei 2009

Pangeran Sial

Cerita Anak ini dimuat di majalah BOBO No.26/4 Oktober 2007
Terpilih Sebagai Pemenang Harapan Lomba Dongeng Majalah Bobo 2007
Oleh Eko Hartono


Pangeran Niko dijuluki Pangeran Sial. Kehadirannya sering membawa bencana dan kesialan bagi orang-orang di sekitarnya. Ibunda permaisuri meninggal dunia saat melahirkannya. Beberapa orang mengalami kecelakaan ketika sedang bersamanya.

Pangeran Niko selalu dijauhi orang-orang. Hanya ayahanda Raja yang masih sayang kepadanya. Tapi karena kesibukannya mengurus kerajaan, beliau tidak bisa setiap waktu menemaninya. Pangeran Niko menjadi kesepian. Suatu hari ketika sedang berjalan-jalan keluar istana, Pangeran Niko bertemu seorang pedagang barang antik keliling bernama Goran.

“Selamat siang, Pangeran. Saya menjual barang-barang bagus. Maukah Pangeran membelinya?” sapa Goran ramah.

“Di rumahku sudah banyak barang bagus,” jawab Pangeran Niko.

Goran tidak merasa kecewa. Baginya, ditolak pembeli sudah hal biasa. Lagi pula sangat bodoh menjual barang antik kepada seorang Pangeran. Bukankah di rumah Pangeran Niko sudah banyak barang bagus? Pikir Goran.

“Pangeran mau pergi ke mana?” tanya Goran lagi dengan ramah.

“Aku mau jalan-jalan saja sendiri, sebab semua orang menjauhiku,” jawab Pangeran Niko sedih.

“Bagaimana kalau Pangeran menemani saya berjualan? Pangeran tentu belum pernah melakukannya. Ini pasti jadi pengalaman yang menarik dan menyenangkan buat Pangeran!” ajak Goran tiba-tiba.

Sejenak Pangeran Niko terdiam. Ia heran, karena Goran tidak cemas berada di dekatnya. Padahal penduduk negerinya selalu menghindarinya.

“Apakah kamu tidak takut barang-barangmu tidak laku jika mengajakku?” tanya Pangeran Niko.

“Tidak, Pangeran. Saya tahu, Pangeran dijuluki Pangeran Sial. Tapi saya tidak percaya. Sikap dan cara pandang kitalah yang menjadikan sesuatu itu menjadi baik atau buruk,” kata Goran dengan bijak.

Ucapan Goran menyentuh hati Pangeran Niko. Maka, tanpa ragu dia menerima ajakan Goran.

“Baiklah, aku akan mengikutimu. Tapi kalau nanti barang-barangmu tidak ada yang laku, atau sesuatu terjadi padamu, jangan salahkan aku!”

Goran hanya tersenyum.

Pangeran Niko lalu mengikuti Goran yang berjalan mendorong gerobaknya. Goran menawarkan barang-barangnya dari rumah ke rumah. Namun seperti yang dikhawatirkan Pangeran Niko, tidak ada seorang pun yang mau membeli. Penduduk takut ketika melihat kehadiran Pangeran Niko.

“Lihatlah! Tak ada orang yang mau membeli barangmu karena aku bersamamu. Aku sudah membuat kamu sial,” ucap Pangeran Niko sedih.

“Ini bukan salah Pangeran. Penduduk hanya berpikiran buruk. Dulu, tetangga-tetangga saya juga mengejek saya karena saya berjualan barang bekas dan tua. Tapi kenyataannya jualan saya laku!” ujar Goran meyakinkan.

“Contohnya apa?” tanya Pangeran Niko kurang mengerti.

“Saya pernah membeli sebuah guci tua dengan harga murah. Suatu hari datang seorang pedagang kaya. Ia membeli guci itu dengan harga sepuluh kali lipat. Rupanya, guci itu adalah peninggalan orang tuanya yang dijual ketika mereka jatuh miskin dulu. Guci itu menyimpan kenangan amat berarti!”

Pangeran Niko tersenyum. Ia terhibur oleh cerita Goran.

Tiba-tiba datang seorang pemuda menghampiri Goran. Ia memegang guci antik di dalam gerobak. Kelihatannya ia tertarik pada guci itu. Goran melayani dengan ramah. Si pemuda sudah hendak membayarnya. Namun ketika melihat Pangeran Niko, ia bergegas pergi dan tidak jadi membeli.

Pangeran Niko mendesah kecewa. “Tampaknya aku harus pergi agar kamu tidak terkena sial lagi,” katanya seraya melangkah pergi.

“Tunggu, Pangeran! Saya tidak merasa sial karena guci itu tidak jadi dibeli! Malah, mungkin pembeli itu yang rugi. Dia tidak berhasil mendapatkan guci bagus dengan harga murah. Dan saya juga mungkin bisa menjualnya di lain waktu, dengan harga lebih tinggi…,” Goran meyakinkan Pangeran Niko.

Pangeran Niko tidak menggubris dan melanjutkan langkahnya. Goran menyusul sambil mendorong gerobaknya. Tanpa ia sadari, roda gerobak menabrak batu. Gerobak itu terguling. Semua barangnya terjatuh. Guci tadi bahkan pecah. Pangeran Niko sangat terkejut.

“Apa kubilang! Aku telah membawa sial kepadamu,” ucapnya sedih sekali lagi.

Goran memunguti barang-barangnya. Tiba-tiba dia berseru girang.

“Tuhan Maha Besar! Betapa beruntungnya aku hari ini! Lihatlah, Pangeran!” seru Goran berseri-seri. Ia mengangkat pecahan guci yang berserakan di jalan.

Pangeran Niko tercengang. Di balik pecahan guci, tampak ada lempengan emas. Rupanya, bagian dalam guci tua itu digunakan untuk menyimpan lempengan emas. Mungkin pemiliknya dulu telah lupa mengambilnya. Ia malah menjualnya dengan harga murah. Betapa beruntungnya Goran!

“Sekarang Pangeran percaya kan, kalau Pangeran juga bisa membawa keberuntungan. Andai Pangeran tadi tak ada, mungkin guci ini sudah dibeli orang,” Goran tak hentinya mengucap syukur.

Pangeran Niko tersenyum. Kini ia sadar, keberuntungan dan kesialan bisa datang kepada siapa saja. Semua tergantung dari sikap dan cara pandang kita sendiri! (*)

Tidak ada komentar: