11 Oktober 2013

Bangunan Peresap Solusi Penanganan Banjir




Permasalahan banjir ternyata tidak hanya melanda ibukota Jakarta, tapi hampir semua kota besar di Indonesia. Banyak kota-kota di Indonesia mengalami problem banjir setiap tahunnya. Musibah musiman ini pun tak sedikit menimbulkan kerugian, baik materiil maupun imateriil. Kondisi semacam ini jika tidak segera diatasi dan diselesaikan akar masalahnya akan menjadi momok yang terus membayangi hidup kita.

Banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya banjir ini. Salah satunya adalah semakin sempitnya lahan resapan air akibat desakan populasi manusia dan gencarnya pembangunan sarana fisik. Banyak area hijau, sungai, danau, atau situ yang berfungsi sebagai penampung air berubah fungsi menjadi pemukiman dan kawasan perkantoran. Alhasil, ketika musim hujan datang air yang tercurah tidak bisa langsung meresap ke dalam tanah atau ditampung. Air pun meluap ke jalanan dan kawasan pemukiman.

Kondisi di atas tak akan terjadi bilamana ada proses perencanaan dan penataan yang baik dalam pembangunan sarana fisik di kota. Harus ada pengaturan yang jelas, mana kawasan untuk pembangunan gedung atau bangunan dan mana kawasan yang tidak boleh didirikan bangunan. Selain itu pengaturan drainase dan pembuatan sumur resapan juga ditekankan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan.

Banyak pihak, baik itu dari pemerintah dan swasta, tidak terlalu mengindahkan masalah ini. Demi mengejar keuntungan secara ekonomi mereka mengabaikan prinsip keseimbangan lingkungan. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan regulator dalam pelaksanaan pembangunan kota semestinya bisa berperan lebih aktif. Pemerintah tidak boleh dengan gampang mengeluarkan ijin mendirikan bangunan kepada pihak swasta atau warga masyarakat tanpa mempertimbangkan faktor keseimbangan lingkungan (Amdal).


Pemerintah harus memberikan pengaturan yang jelas terhadap standar mendirikan bangunan dengan mempertimbangkan faktor keseimbangan lingkungan. Hal yang sangat urgen ditekankan adalah pembuatan drainase dan bangunan  peresap air (sumur resapan). Balai Hidrologi Pusat Litbang Sumber Daya Air telah mengembangkan sebuah metode pembuatan bangunan peresap yang sangat besar sekali manfaatnya bagi mengatasi permasalahan banjir sekaligus ketersediaan air tanah untuk mengatasi kekeringan.

Mungkin diantara pembaca belum ada yang tahu, apa yang dimaksud dengan bangunan peresap itu? Peresap adalah proses penambahan air kedalam lapisan air tanah dari sebagian air hujan, yang dapat menaikan muka air tanah. Bangunan peresap adalah sarana untuk menampung dan meresapkan air hujan atau air permukaan ke dalam tanah.

Debit peresap rencana adalah jumlah air yang harus diresapkan sebagai pengganti peresap alami dan diusahakan sama dengan jumlah daya resap bangunan peresap.Daya resap bangunan peresap adalah kapasitas resapan yang tergantung pada tingkat persentasi efisiensi dari bangunan peresap.

Tujuan dari dibuatnya bangunanresapan ini adalah untuk menggantikan peresap alami yang hilang atau berkurang akibat meluasnya lahan pembangunan yang menjadi kedap tertutup bangunan/jalan, dengan cara mendrainasekan sebagian aliran permukaan sebagai subtitusi peresap alami yang terjadi sebelum dilakukan pembangunan.

Daerah Yang Memerlukan Bangunan Peresap Air

Daerah-daerah yang sangat perlu dibangun Bangunan peresap ini adalah daerah yang mengalami permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
  •  Adanya tendensi bahwa lahan peresap alami makin menyempit.
  •  Melimpahnya air permukaan di musim hujan.
  •  Sumur-sumur penduduk mengalami kekeringan di musim kemarau.
Agar dapat berdaya guna dan berhasil guna, disamping persyaratan adanya permasalahan diatas, persyaratan lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi dan bentuk bangunan adalah :
  1.  Daya resap lapisan batuan yang mendasari bidang peresapan harus cukup besar.
  2.  Kondisi dan kualitas lingkungan alam dan keairan disekitar bangunan peresap harus memenuhi persyarat konservasi.
  3.  Biaya pembangunan dan pemilihan hendaknya realistis/relatif tidak mahal.
Bentuk bangunan peresap berupa : sumur peresap, parit peresap, perkerasan lulus air, saluran drainase berlubang, situ, retensi dilapangan parkir, dsb. Dipilih berdasarkan tujuan penerapan bangunan peresap, kondisi alam dan lingkungan pada daerah sekitar rencana lokasi, aspek keamanan, estetika, dan biaya yang tersedia.

Beberapa keuntungan yang bisa didapat dari pembuatan bangunan peresap ini adalah : mengimbangi perubahan penggunaan lahan, dapat mengurangi banjir dan genangan lokal, mengurangi beban dan mencegah kerusakan sarana drainase permukaan, serta menambah cadangan air tanah sebagai usaha konservasi air.

Sejak tahun 1985 Balai HidrologiPusat Litbang Sumber Daya Air telah menerapkan bangunan ini di daerah pemukiman, kompleks sekolah, perkantoran dan daerah di sekitar situ-situ sebagai suatu proyek percontohan tunggal.  Bentuk yang diterapkan adalah sumur peresap. Untuk penyebarluasan aplikasi bangunan peresap ini diperlukan penanganan masal, bertahap, berencana untuk suatu sistem airtanah menyeluruh, disusun menurut prioritas.

Peubah desain yang dipergunakan sebagai dasar perencanaan bangunan peresap adalah besarnya debit peresap, yang dapat ditentukan berdasarkan rumus rasional, yang memperhitungkan faktor-faktor intensitas hujan rencana, koefisien perubahan penggunaan lahan, daya resap dan efisiensi bangunan peresap serta luas efektif lahan terkedapkan. Untuk mempermudah perancangan dimensi bangunan peresap tersebut, Pusat Litbang SumberDaya air telah membuat suatu Nomograf yang diturunkan berdasarkan hubungan antara kelima.

Demikian sekilas bahasan tentang Bangunan Peresap. Semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan kita.

Tidak ada komentar: