10 Juli 2011

Bagaimana Mengelola Iman Kita

Jika sholat adalah manifestasi keimanan kita kepada Allah, semestinya sholat itu bisa mencegah dari munkar dan mengajak kepada ma’ruf. Tapi kenyataan menunjukkan banyak orang yang sehari-harinya sholat masih suka bertindak maksiat, anarkhis, tidak sabar, tidak adil, suka bertindak dholim, tidak peduli sesama, sombong, riya, takabur, tamak, dan tindakan buruk lainnya.

Hal ini menunjukkan sholat itu belum mampu membentuk manusia yang berakhlakul kharimah. Pun menandakan bahwa imannya belum stabil. Imannya masih dangkal. Jika iman menjadi jiwa atau ruh dalam beribadah, maka semestinya ia akan hidup dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Sholat tidak sekadar dijalankan, tetapi benar-benar didirikan. Seperti bangunan rumah yang kokoh, dilandasi pondasi iman!

Iman memang bergerak fluktuatif. Hanya Rasulullah yang memiliki iman konstan dan tak pernah mengalami fluktuatif, karena beliau seorang maksum. Bagi manusia awam seperti kita yang mudah tergoda oleh bujukan dan rayuan syetan memang mesti pandai-pandai menjaga iman. Rasulullah memberi gambaran iman seperti kaca. Setiap saat debu dan kotoran mengotorinya.

Kita mesti sering mengelapnya agar selalu bersih. Membersihkan segala debu dan kotoran dosa yang menempel pada kaca hanya bisa dilakukan dengan beribadah yang benar dan beramal sholeh. Ibadah yang benar tiada lain sesuai tuntunan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Dalam beribadah kita mesti mencontoh dan meneladani Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam!

Kehidupan modern dewasa ini telah membawa kita kepada berbagai persoalan dan tantangan yang tidak ringan. Budaya kehidupan semakin permisif, nilai-nilai etika dan moral semakin longgar, kebebasan bersikap, berperilaku, dan bereskpresi diagungkan, sementara kaidah agama yang seharusnya dijadikan tuntunan hidup utama dimodifikasi sedemikian rupa dengan dalih disesuaikan tuntutan zaman sehingga menjadi lebih toleran terhadap kemaksiatan.

Maka, tak berlebihan bila ada ungkapan iman bak gelombang lautan. Gelombang itu terkadang tampak tenang, terkadang pasang terkadang surut. Jika kita tidak pandai menjaga iman, maka mudahlah kita terhempas ke karang terjal. Ustaz Aa Gym mengenalkan metode manajemen qalbu dengan menekankan pentingnya memenej kalbu agar tidak mudah tersesat. Tapi lebih spesifik lagi kita semestinya juga harus bisa mengelola iman. Mengelola di sini bukan berarti kita bereksperimen dengan iman, tetapi bagaimana memelihara iman agar tidak mudah terjebak, terjerumus, dan tergelincir kepada perbuatan maksiat.

Mata kita sering tertipu oleh pemandangan-pemandangan indah tapi ternyata menjebak kita ke dalam perbuatan maksiat. Contohnya tontonan vulgar di televisi, bioskop, internet, majalah, iklan, hiburan panggung, dan banyak lagi. Pada saat itulah iman kita diuji, apakah sanggup menolak atau malah terhanyut? Di sinilah peran kita dalam mengelola iman. Jika kita sadar bahwa semua itu merupakan godaan syetan, maka cepatlah beristighfar dan meninggalkannya.

Lidah kita terkadang terpeleset mengucapkan kata-kata yang tidak baik, menyakiti hati orang lain, atau menyombongkan diri. Ketika berhadapan dengan seseorang yang dianggap lebih bodoh atau lebih rendah statusnya, mulut kita tergoda untuk mencela atau merendahkannya. Ketika berada di tengah suatu pertemuan atau berkumpul bersama teman-teman, mulut kita gatal bergibah membicarakan keburukan orang lain. Terlebih saat ada orang menyanjung atau memuji kita, tanpa sadar meluncur kalimat riya’ atau takabur dari mulut kita.

Waspadalah bahwa saat itu iman kita sebenarnya sedang diuji. Kita tidak sadar bila syetan telah merasuk ke dalam hati kita dan mempermainkan iman kita. Jika tidak ada perlunya lisan kita bicara dan tidak kompeten atau relevan kita untuk membincangkan suatu masalah, maka diam lebih baik dan membawa selamat. Banyak orang tidak mampu menjaga lidahnya karena merasa lebih tahu, lebih benar, dan lebih berhak. Orang bijak mengatakan mulut kita harimau kita. Lidah yang tidak terjaga akan merusak dan menghancurkan diri sendiri!

Kaki kita terkadang tersesat melangkah ke tempat-tempat indah namun memerangkap kita ke dalam lingkungan maksiat. Misal; pergi ke suatu undangan atau pertemuan dimana di tempat acara itu terjadi kemaksiatan semacam perjudian, mabok-mabokan, atau menampilkan hiburan vulgar yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Maka, cepatlah kita tanggap. Jangan sampai iman kita tertipu dan terpedaya. Ucapkan istighfar dan berjihadlah untuk membubarkan kegiatan maksiat itu. Bila tak kuasa, tinggalkanlah karena itu selemah-lemah iman kita!

Demikianlah, banyak sekali godaan dan rayuan dunia yang akan melemahkan dan menggoyahkan iman kita. Bahkan bisa dikatakan kemaksiatan hadir ke mana pun kita melangkah. Di jalan, di kantor, di pasar, bahkan di sekolah. Gambar-gambar berbau porno terpampang di billboard pinggir jalan, tabloid, koran, dan berbagai media cetak lainnya. Bahkan sekarang orang dengan mudah mendapatkan gambar porno dari internet. Gambar itupun bisa diakses melalui ponsel. Bayangkan bila anak kita yang masih SD memegang ponsel yang mampu mengakses situs porno itu?

Memang kita tidak bisa sepenuhnya menghindarkan diri dan bersembunyi dari pengaruh semua itu. Karena bagaimana pun kita hidup di tengah masyarakat majemuk dan mengagungkan demokratisasi dalam berperikehidupan. Meskipun kita tergolong sebagai negara dan bangsa yang mayoritas muslim, namun ironisnya banyak tata cara dan pola kehidupan masyarakatnya tidak islami. Pengaruh budaya barat dan pemikiran liberal telah merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan kita, sehingga menafikan nilai-nilai kepribadian muslim seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Maka, yang mungkin bisa kita lakukan adalah menjaga dan memelihara diri kita dari pengaruh dunia yang menyesatkan. Kita bisa mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan kita. Kuu anfusakum wa ahlikum naraa… Mengelola iman dengan istiqomah agar tidak mudah terperosok dan tergelincir. Kita sadar bahwa kemaksiatan ada di mana-mana dan siap menyeret kita sebagai pengikutnya, tapi kita pun bisa berusaha menghindarinya.

Iman belum dikatakan iman bila belum teruji. Maka, saat ujian itu datang tegakkanlah iman jangan sampai goyah. Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu (Al Baqarah; 153). Karena keimanan akan menjadi modal berharga kita menghadap-Nya kelak. Jangan sampai kita menghadap-Nya dalam keadaan iman yang tercabik-cabik atau kurang sempurna. Kesempurnaan iman bergantung pada keteguhan kalbu kita menjaga diri dari pengaruh syetan terkutuk!

Tidak ada komentar: